KUDUS, ansorkudus.or.ID – Mengawali pengajian kitab Riyadhus Shalihin setiap malam Selasa di Masjid al-Aqsho Menara Kudus, KH. Saifuddin Luthfi (Mbah Ipud) menerangkan tentang ancaman bagi orang-orang mukmin yang menolak jihad (14/3).
Mbah Ipud menceritakan dahulu ada sebagian kelompok orang mukmin yang meminta kepada Rasulullah supaya Allah menunjukkan amalan yang paling disukai oleh Allah, dan mereka berjanji akan melaksanakan amalan tersebut. Kemudian setelah menerima wahyu, Rasulullah menerangkan bahwa amalan yang paling disukai oleh Allah adalah jihad.
Mendengar hal tersebut, orang-orang sangat antusias dan menantikan peperangan. Tetapi setelah diwajibkan berperang, ketika tiba masanya berperang, ada orang yang tidak senang. Mereka tak mau berperang, dan sewaktu berada di medan perang mereka melarikan diri.
Kemudian Allah menurunkan ayat dalam surat as-Shaf ayat 2 dan 3, yang berbunyi :
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفۡعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
“Intinya ayat ini menunjukkan ancaman besar kepada orang yang tidak menepati janji. Ayat ini tidak menerangkan tentang kewajiban melaksanakan perintah seseorang,” terang Mbah Ifud.
Karena menurut Mbah Ifud memerintah suatu kebaikan dan melakukan suatu kebaikan merupakan tugas dan kewajiban yang berbeda.
“Wong perintah apik, iku luwih apik tinimbang ora tau perintah. Lamun durung iso ngelakoni, ojo mbuk dalili ngenggo ayat iki. Ono uwong perintah apik tapi durung iso ngelakoni, berarti durung sampurno. Ora doso gedhe. (Orang perintah baik, itu lebih baik dibanding tidak pernah perintah. Meski belum bisa menjalani, jangan kamu dalili dengan ayat ini. Ada orang perintah baik talu belum bisa menjalani berarti belum sempurna. Tidak dosa besar), ” kata Mbah Ipud.
Lebih lanjut, Mbah Ipud juga menerangkan salah satu hadits yang diriwayatkan imam Bukhari dan imam Muslim tentang tanda-tanda orang munafik.
آيَة الْمُنَافِق ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اُؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat).
Orang munafik pada masa Rasulullah tidak berani menampakkan kekafirannya, karena pada kejayaan Islam orang kafir dituntut membayar fidyah dan tidak mendapatkan kebebasan yang sama seperti orang mukmin.
Mbah Ipud juga menegaskan ketika ada orang yang melakukan salah satu dari tiga tanda tersebut, jangan langsung menghukuminya sebagai orang munafik.
“Nek ono wong mukmin kok goroh, iku nyerupani wong munafik. Tegese ngenggoni sifate wong munafik. Nek hakekate (atine) iman, yo tetep iman. Masalah atine gusti Allah seng ngerti. (Kalau ada orang mukmin menipu, itu menyerupai orang munafik. Artinya memakai sifat munafik, Hakikatnya iman, ya masih tetap beriman. Karena hati orang, Allah sudah tahu),” terang Mbah Ipud. (*)
Penulis: Ahmad Syarif
Editor: Abdul Rochim