KUDUS, ansorkudus.or.ID – Salah satu syarat shalat harus menghadap kiblat. Banyak cara untuk menentukan ketepatan arahnya. Salah satunya adalah dengan istiwa’ a’dham atau istiwa utama yang akan terjadi pada Jumat (27/5) dan Sabtu (28/5) pada pukul 16.18 WIB.
Dilansir dari NU online, secara geografis atau astronomis, Kota Makkah terletak di 39 derajat 49 menit 34 detik LU dan 21 derajat 25 menit 21 detik BT. Dari Indonesia, koordinat ini berada pada arah barat laut dengan derajat bervariasi antara 21 derajat -27 derajat menurut koordinat (garis lintang dan garis bujur) masing-masing daerah.
Arah kiblat Indonesia bukanlah ke barat. Jika ke barat maka semua wilayah Indonesia yang terletak di 34 derajat 7 menit LU dan seterusnya (ke utara), seperti Aceh, akan lurus dengan Negara Ethiopia atau melenceng ke selatan sejauh 1750 km dari Mekkah. Begitu juga yang terletak di 4 derajat 39 menit LS sampai 3 derajat 47 menit LU, menghadap barat berarti lurus dengan Negara Kenya.
Secara falakiyah, Rashdul Kiblat bisa terjadi karena gerak semu tahunan matahari dan tata koordinat langit. Dalam tata koordinat langit dikenal adanya titik zenith, titik dengan tinggi 90 derajat dari semua arah. Apabila bulan dan matahari tepat berada di titik ini maka sinar yang dipancarkannya akan membuat sebuah benda yang berdiri tegak kehilangan bayang-bayangnya.
Gerak semu tahunan matahari terjadi di antara garis lintang 23,5 LU hingga 23,5 LS. Sementara Ka’bah berada pada garis lintang 21º 25′ LU. Sehingga dalam setahun Miladiyah atau Tarikh Umum terbuka dua kemungkinan matahari berkedudukan di titik zenith Ka’bah, masing-masing pada akhir Mei dan pertengahan Juli.
Dalam momen itu, setiap bayangan benda tegak di Kota Makkah akan menghilang tepat pada jam 12:18 setempat (untuk Mei). Sebaliknya belahan bumi yang sedang tersinari cahaya matahari itu akan mendapati matahari tepat berada di atas Ka’bah sehingga setiap bayang benda yang terpasang tegak lurus akan mengarah ke Ka’bah.
posisi kiblat saat fenomena Matahari di atas Ka’bah:
1. Tentukan tempat yang akan diatur arah kiblatnya, cari lokasi yang rata dan terkena cahaya Matahari
2. Sediakan tongkat atau benda tegak tidak berongga seperti spidol, botol plastik, botol minum atau bisa juga menggunakan benang berbandul
3. Siapkan jam yang sudah dikalibrasi sesuai rujukan BMKG di laman www.bmkg.go.id
4. Tancapkan tongkat di atas permukaan tanah, dan pastikan tongkat berdiri lurus 90 derajat, atau gantungkan benang berbandul di tempat yang rata.
5. Tunggu hingga waktu Istiwa’ a’dham tiba, kemudian amati bayangan tongkat atau benang pada saat fenomena berlangsung.
6. Jika momentumnya sudah pas, tariklah garis lurus dengan pusat bayangan. Garis lurus yang menghadap dari ujung ke pusat bayangan merupakan arah kiblat di tempat tersebut. (*)
Penulis : Ahmad Syarif
Editor : Gunawan Setiyadi