Oleh : Ahmad Syarif
Musim hujan seolah menjadi momok bagi sebagian masyarakat. Mereka seringkali dihantui dengan berbagai macam penyakit seperti demam, flu, tipes, diare, hingga penyakit kulit. Mereka juga merasa was-was akan datangnya bencana yang diakibatkan curah hujan tinggi, seperti pohon tumbang, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Hujan merupakan bentuk presipitasi berbentuk cairan yang turun sampai ke Bumi. Adapun, presipitasi adalah proses pengembunan di atmosfer.
Air di Bumi, baik laut, sungai, maupun danau menguap karena panas sinar matahari. Uap air ini akan naik dan menjadi awan. Awan yang mengandung uap air akan terkumpul menjadi awan mendung. Pada suhu tertentu di atmosfer, uap air akan mengembun dan turun menjadi hujan.
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah dari awan jatuh ke bumi. Sebelum terjadi hujan, pasti ada awan sebagai tempat penampungan uap air dari permukaan Bumi.
Kecepatan air hujan saat turun ke Bumi rata-rata memiliki kecepatan sebesar 8–10 km/jam. Untuk kecepatan maksimalnya mencapai 22 mil per jam atau sekitar 35 km/jam. Uap air akan diangkut oleh angin melewati tempat di mana sumber penguapan terjadi. Daerah yang terletak dekat dengan sumber penguapannya berdampak pada tingginya curah hujan di tempat tersebut.
Diameter setiap tetesan air hujan memiliki variasi ukuran antara 0,02–0,031 inci. Setiap detik terdapat kurang lebih 16 juta ton air yang menguap dari permukaan Bumi untuk bahan hujan. Jumlah tersebut akan turun lagi ke Bumi dalam bentuk air hujan setiap detiknya dengan volume yang sama. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505×1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang. Proses ini menunjukkan bagaimana alam melakukan keseimbangan.
Intensitas curah hujan antara satu daerah dengan daerah lain tentunya berbeda-beda. Untuk wilayah yang tergolong luas, jarang terjadi hujan lebat (intensitas tinggi). Biasanya yang turun adalah hujan intensitas rendah dan kurun waktu lama. Hujan dengan intensitas tinggi akan turun di daerah atau wilayah yang sempit (tidak luas) itupun waktunya tidak lama.
Wilayah yang terletak pada garis lintang rendah akan memiliki curah hujan tinggi. Begitu juga sebaliknya. Semakin rendah suatu wilayah, curah hujan yang akan diterimanya pun makin tinggi. Makin tinggi suatu daerah, curah hujannya akan rendah.
Musim hujan sebenarnya memiliki peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup di bumi, diantaranya :
Meningkatnya Produktivitas Pertanian
Saat musim hujan seperti sekarang, lahan pertanian menjadi subur dan produktif untuk ditanam berbagai bibit komoditas pangan. Kondisi ini tentu menguntungkan para petani sebab lahan pertanian mereka yang kering saat kemarau akan selalu basah, sehingga memudahkan dalam upaya mengembangkan produktivitas pertanian.
Cadangan Air Ketika Kemarau Panjang
Hujan yang deras atau curah hujan tinggi adalah saat paling tepat mengisi kolam-kolam penampung air yang dapat jadi cadangan saat kemarau panjang melanda.
Menjaga Kelangsungan Hidup di Bumi
Tidak adanya air hujan dikarenakan kemarau yang panjang menyebabkan kelangsungan hidup beberapa makhluk hidup terganggu. Banyak hewan mati kekurangan air, tumbuhan layu dan kemudian mengering. Akibat kemarau lainnya adalah berkurangnya mineral dan senyawa yang ada di dalam tanah. Dengan curah hujan yang tinggi, mineral dan senyawa tersebut kadarnya dapat normal kembali. Kelangsungan hidup makhluk hidup pun akan terjaga tatkala air hujan yang tinggi membasahi bumi.
Menjadi Sumber Air Minum
Air hujan adalah air bersih, murni, tanpa tambahan zat kimia berbahaya. Sementara air yang kita pakai setiap hari, yang sebagian besar asalnya dari ledeng terdapat kandungan zat yang gunanya untuk membuat kuman dalam air ledeng mati. Zat tersebut kita kenal dengan nama klorin. Klorin merupakan bahan berbahaya bagi tubuh. Sebab itulah air hujan adalah sumber air minum yang aman untuk dikonsumsi dan sehat.
Menjaga kelestarian Hutan
Iklim di Indonesia sangat besar pengaruhnya bagi keberlangsungan kehidupan makhluk di bumi. Begitu juga dengan hutannya yang menjadi paru paru dunia. Curah hujan yang tinggi juga dapat berperan dalam menjaga kesuburan tanah dan hutan. Fungsi hutan lindung atau hutan lainnya selain dapat dijadikan sebagai cara mencegah tanah longsor juga dapat dijadikan mencegah erosi tanah.
Lantas, mengapa hujan dapat mendatangkan bencana alam?
Dilansir dari kompas.com, Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI, M Fakhrudin mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan banjir.
Faktor penyebab banjir yang paling utama adalah curah hujan. Intensitas curah hujan sendiri bervariasi, ada hujan lebat sampai hujan sangat lebat dan menghasilkan air yang banyak.
Banjir juga berkaitan dengan durasi atau waktu lama terjadinya hujan. Serta seberapa kuat kemampuan infiltrasi (proses penyerapan air hujan yang turun dan diserap oleh tanah) pada tanah itu sendiri.
Daya serap tanah yang kecil bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, bisa karena jenis penggunaan lahan, kadar lengas tanah, atau bisa juga karena semakin minimnya kawasan hijau yang ditumbuhi pohon.
Kemudian, air yang tidak dapat diserap oleh tanah ini, akan mengalir ke tempat yang lebih rendah dan masuk ke saluran kecil atau sistem drainase yang biasanya ada di pemukiman. Pada saat air yang tidak bisa diserap oleh tanah jumlahnya sangat banyak melebihi biasanya, ini akan menyebabkan sungai penuh dan meluap, sehingga menimbulkan genangan air atau yang kita kenal dengan banjir.
Selain itu, di wilayah dataran tinggi intensitas curah hujan yang lebat juga dapat mengakibatkan tanah longsor. Karena air hujan yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Akibatnya, bencana tanah longsor tidak dapat dihindari.
Bagaimana upaya mengantisipasi curah hujan tinggi tidak menimbulkan bencana?
Mitigasi struktural merupakan langkah pengurangan risiko bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana.
Sejumlah upaya mitigasi struktural yang bisa diambil menghadapi kerentanan bencana yang mungkin muncul akibat hujan lebat antara lain:
- Membersihkan sampah yang ada di selokan dan sungai untuk meningkatkan volume tangkapan sungai saat hujan.
- Memperbaiki tanggul baik tanggul beton atau tanggul alam sungai agar debit air sungai tidak meluap.
- Memperbaiki pintu air bendung untuk pengaliran ke saluran irigasi.
- Memperkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit.
Untuk upaya mitigasi non struktural dengan kebijakan atau peraturan tertentu bisa dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat secara bersama-sama terkait potensi bencana yang mungkin terjadi saat hujan lebat.