KUDUS, ansorkudus.or.id- Sahabat M. Said Arwani, ketua Pimpinan Ranting Ansor Medini Undaan menyambut delapan peserta kelompok II pelatihan kepemimpinan lanjutan (PKL) Ansor Kudus yang berkunjung ke museum Jenang Kudus, Ahad siang (19/3).
Oleh Said, peserta PKL yang sedang mempelajari keunikan ekonomi di Kudus di tunjukkan Gusjigang X-Building, yaitu area dalam museum yang memamerkan cuplikan sejarah Kabupaten Kudus lewat berbagai koleksinya.
Museum yang dibangun bulan Mei 2017 itu antara lain menampilkan miniatur Kabupaten Kudus, termasuk Masjid Menara Kudus yang merupakan ikon kabupaten.
“Bentuknya mirip dengan yang asli, hanya saja ukurannya lebih kecil, perbandingannya 1:3,” kata Said yang merupakan tourguide Museum.
Museum itu juga menunjukkan sejarah makanan khas Kudus, Jenang Kudus Mubarok yang mulai diproduksi tahun 1910.
Said mengatakan bahwa usaha pembuatan Jenang Kudus Mubarok sekarang dijalankan oleh generasi ketiga.
“Kami juga menampilkan berbagai alat produksinya. Kalau dulu masih manual, prosesnya bisa sampai enam-tujuh jam, sekarang pakai mesin prosesnya hanya lima jam,” katanya.
Di salah satu sudut museum juga ada miniatur Pasar Bubar, tempat jenang Kudus pertama kali dipasarkan dengan kemasan tradisional, dibungkus menggunakan daun pandan.
Sedangkan bahan jenang, menurut Said, sejak awal pembuatan sampai sekarang tidak ada perubahan.
“Gula tumbu dengan merek Sinar 33 menjadi salah satu bahan spesial yang digunakan. Ini hanya ada di Kudus sehingga cita rasanya juga khas,” katanya.
Museum Gusjigang juga memiliki ruangan koleksi Alquran. Ruangan dengan nama Galeri Alquran tersebut memamerkan berbagai macam Alquran dengan berbagai ukuran dan bahan.
“Ada yang dari daun lontar, dari kulit binatang, dan kertas kuno,” kata Said.
Ia menjelaskan pula bahwa museum seluas dua ribu meter persegi itu dinamai Gusjigang untuk mengangkat ajaran yang disebarkan oleh Sunan Kudus. Nama itu merupakan gabungan dari kata “Gus” yang artinya bagus akhlak, “ji” yang artinya pintar mengaji, dan “gang” yang artinya pandai berdagang.
Setiap hari museum Gusjigang dikunjungi 600 sampai 1.000 orang. Jumlah pengunjungnya bisa meningkat sampai tiga kali lipat pada hari libur.
Menurut Said, rencananya akan ditambahkan ruangan tentang sejarah Walisongo di museum ini.
“InsyaAllah akan ditambah ruangan tentang sejarah Walisongo, sesuai arahan dari Habib Luthfi, ketika beliau melihat sudah ada biografi dua wali yang di tampilkan, kenapa tidak sekalian semuanya sembilan wali,” terang said menjelaskan awal mula akan dibangunnya ruang Walisongo.
Ketua kelompok II PKL Ahmad Aniq mengapresiasi pendirian museum jenang tersebut.
“Potensi di Kudus sudah ter-cover (tercakup) di sini. Ini juga jadi destinasi wisata edukasi baru bagi Kabupaten Kudus,” kata Aniq.
Penulis : Gunawan Setiyadi
Editor : Abdul Rokhim