1 Comment

KH Raden Asnawi Pengarang Kitab Fasholatan, Pendiri NU Keturunan Sunan Kudus

KUDUS, ansorkudus.or.id – Perjalanan rombongan kelompok tiga Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Ansor Kudus ke pondok pesantren dan kediaman KH Raden Asnawi Kudus, Ahad siang (19/3) disambut hangat oleh Gus Amin cucu beliau.

Rombongan yang menggunakan satu mobil Hiace milik IAIN Kudus itu dipersilahkan masuk ke kediaman Gus Amin. Gus Amin kemudian menceritakan perjalanan hidup kakeknya tersebut. KH Raden Asnawi merupakan keturunan Sunan Kudus. Makamnya berada di komplek Menara Kudus, sekitar 5 km sebelah barat Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus.

KOMPAK : Rombongan rihlah kelompok tiga berfoto bersama di depan kediaman KH Raden Asnawi, Ahad (19/3) (DOK. ANSOR KUDUS)

Kiai Asnawi dikenal sebagai penggerak Nahdlatul Ulama (NU). Seperti yang pernah ditulis di NU Online, nama asli Kiai Asnawi adalah Raden Syamsi. Nama Asnawi diperoleh setelah menunaikan ibadah haji. Asnawi, atau Raden Syamsi, lahir di Damaran, Kudus, pada 1281 H/1861 M.

Kiai Asnawi merupakan putra dari pasangan H. Abdullah Husnin dan R Sarbinah. Keduanya adalah pedagang konveksi yang cukup besar di Kudus. Jika dirunut silsilahnya, Kiai Asnawi masih keturunan ke-14 Sunan Kudus dan keturunan ke-5 Kiai Ahmad Mutamakkin, Kajen, Pati.

Sebagai sosok ahli ilmu, sejak kecil sudah terlihat kegemaran Kiai Asnawi dalam belajar dan melakukan rihlah ilmiyyah (perjalanan keilmuan). Orang tuanya merupakan guru pertama, dalam mengaji tajwid dan penguasaan bacaan Al-Qur’an.

Dari jalur keilmuan, jelas bahwa Kiai Asnawi mempunyai sanad yang tersambung dengan ulama-ulama Nusantara, di antaranya KH Sholeh Darat (Semarang), Kiai Mahfudz at-Termasi (Termas, Pacitan), KH. Nawawi al-Bantani, dan Sayyid Umar Shatha.

Kiai Asnawi bermukim di Makkah selama kisaran 25 tahun, tinggal di rumah Syekh Hamid Manan yang berasal dari Kudus. Ketika belajar di Makkah, ayah Kiai Asnawi wafat. Meski demikian, kecintaan pada ilmu tidak menyurutkan niatnya untuk terus mengasah pengetahuan.

Ketika mengaji di Makkah, Kiai Asnawi menikah dengan Nyai Hj. Hamdanah, janda Syekh Nawawi al-Bantani. Pernikahan ini dikaruniai 9 putra, di antaranya H. Zuhri, Hj. Azizah (istri KH. Saleh, Tayu), dan Alawiyah (istri R. Maskub Kudus).

Kiai Asnawi merupakan sosok aktifis sekaligus pendidik. Sudah mulai mengajar santri ketika masih berada di Makkah. Ketika pulang ke tanah air pada 1916, Kiai Asnawi mendirikan madrasah di kawasan Menara Kudus, dengan nama Madrasah Qudsiyyah.

Kiai Asnawi juga menjadi sosok kiai yang turut mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Pertemanan dan persahabatan dengan beberapa kiai Jawa, di antaranya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, dan beberapa kiai lain, menjadi ikatan kuat dengan perjuangan Nahdlatul Ulama, yang didirikan pada 1926.

Kiai Asnawi wafat pada usia 98 tahun, tepatnya pada 25 Jumadil Akhir 1378 H/26 Desember 1959, sebelum wafat Raden Asnawi menulis beberapa kitab seperti Syariatul Islami Li Ta’limi, Syariatul Islam Li ta’lim An Nisa’ wal Gulam, kitab fasholatan, juga mengarang syi’iran Sekar Melati dan syi’iran Asnawiyah yang dalam peringatan satu Abad Qudsiyyah dinobatkan menjadi salawat kebangsaan oleh MH Ainun Najib atau Cak Nun.

Kitab yang paling dikenal dikalangan warga Kudus dan Jawa Tengah adalah kitab Fasholatan, tentang Ubudiyah, untuk anak kecil, juga ilmu tentang sholat. Raden Asnawi membimbing Mbah Minan Zuhri untuk menyusun kitab karangan beliau tersebut.

Terakhir Gus Amin menceritakan perjuangan Raden Asnawi di NU,
“Habib Hasyim, Mbah Kholil mengutus Mbah Asnawi untuk mendirikan NU Ijmali, menata hati untuk berpegang teguh pada Ahlussunnah waljamaah dan NU,” tutup Gus Amin. (*)

Penulis : Kharis F. Hana
Editor : Gunawan TB Setiyadi

Berita Terhangat

Berita Lain

1 Comment. Leave new

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Sabung Ayam Online Slot Online Live Casino